Cari Blog Ini

Jumat, 23 September 2011

Sejarah: Islam itu Bersahabat...

Beberapa waktu lalu pikiran saya terusik dengan pemberitaan media massa yang begitu menyudutkan islam. Pemberitaan tersebut perihal penyerangan dan penusukan terhadap dua orang pemuka agama dari jemaat kristen HKPB di wilayah Ciketing Mustika Jaya Bekasi. Pemberitaan mengenai peristiwa tersebut seolah-olah menyudutkan bahwa masyarakat/ormas islamlah yang menjadi biang keladinya. Beberapa koran yang saya baca tiga hari belakangan begitu menyudutkan salah satu ormas islam sebagai king maker atas peristiwa tersebut. Hal tersebut sungguh sangat disayangkan, karena media-media tersebut menyajikan berita dengan tidak berimbang. Media massa cenderung mengutip sumber-sumber dari pihak jemaat kristen HKBP dan pihak-pihak yang mengatasnamakan forum kebebasan beragama. Menurut saya, hal tersebut sungguh keliru karena ormas islam yang tersudutkan atas peristiwa itu sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk memberikan klarifikasi atau dijadikan nara sumber. Hal ini sangat membahayakan, karena dapat membuat persepsi publik yang buruk terhadap islam. Persepsi publik bahwa islam akrab dengan kekerasan dapat terbentuk dan ini sangat berbahaya karena mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim serta persepsi ini sangat bertentangan sekali dengan ajaran islam yang sebenarnya. Oleh karena itu, saya mencoba menuangkan beberapa pemikiran berdasarkan ilmu dan pemahaman yang saya punya, bagaimana sebenarnya posisi islam terhadap pemeluk agama lain dari tinjauan sejarah.

Masa Pemerintahan Rasulullah SAW
Masa ini adalah prototype sesungguhnya tentang islam dari seluruh aspek, baik islam sebagai agama, ideologi, maupun negara. Pada masa ini, untuk pertama kalinya Rasulullah mengajarkan islam tidak hanya sebagai agama tetapi juga sebagai negara. Madinah sebagai pusat pemerintahan di kala itu mempunyai penduduk yang tidak hanya muslim, tetapi terdapat juga penganut agama nasrani (kristen), yahudi, dan majusi. Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat, kepala pemerintahan, dan kepala negara berhasil menyatukan mereka sehingga saling hormat menghormati dalam suatu perjanjian yang disebut piagam madinah. Kaum non muslim waktu itu, baik nasrani, yahudi, dan majusi bebas untuk menjalankan ibadah serta melakukan aktivitas sosial dan ekonomi. Bahkan mereka di lindungi sebagai warga negara dan dibebaskan dari kewajiban berperang serta sebagai gantinya mereka membayar jizyah. Salah satu riwayat mengkisahkan, bahwa Rasulullah SAW mempekerjakan seorang yahudi di pemerintahan sebagai ahli pembukuan dan pengadministrasian. Bahkan dikisahkan, bahwa Rasulullah setiap harinya memberikan dan menyuapi makan seeorang yahudi buta yang saban harinya menghina dan mencaci maki dirinya. Itulah beberapa contoh sikap dan kebijaksanaan islam yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada umat non muslim ketika dirinya memimpin langsung islam sebagai negara dan agama.

Masa ketika islam memimpin setelah Rasulullah wafat
Islam pernah memimpin dunia dan mengalami masa keemasan. Islam ketika itu memimpin wilayah dari semenanjung arab, asia, afrika bahkan sampai ke daratan eropa tepatnya di Andalusia (sekarang spanyol). Masa keemasan ini diperkirakan oleh para sejarawan terjadi ketika masa pemerintahan Dinasti Abassiyah yang berpusat di Baghdad. Pasa masa tersebut, lagi-lagi islam menunjukkan sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamin. Umat non muslim kala itu, mendapat perlakuan istimewa. Selain diberi kebebasan untuk beribadah, mereka juga diberi keleluasaan dalam menuntut ilmu. Sekolah dan universitas-universitas islam terbuka untuk mereka. Salah satu riwayat mengkisahkan bahwa para cendikiawan-cendikiawan non muslim yang ada di bawah kekuasaan Romawi waktu itu, banyak yang melarikan diri ke negeri muslim. Sebab, di bawah kekaisaran romawi, mereka dianggap sebagai pengkhianat karena terlalu kritis terhadap pemerintah Romawi yang kala itu terkenal selalu menghalalkan segala cara. Mereka memilih negeri muslim sebagai tempat pengasingan, karena negeri muslim menjamin keamanan mereka untuk mengembangkan ilmu dan kreativitas berfikir.
Contoh lain dari kearifan islam adalah masa ketika Sultan Shalahudin Al-Ayubi memimpin. Shalahudin adalah pemimpin yang begitu dikenal tidak hanya berdasarkan sejarah islam tetapi juga didasarkan sejarah yang ditulis oleh ilmuwan-ilmuwan Eropa. Sultan Shalahudin begitu dikenal karena sikapnya yang begitu arif dan bijak terhadap umat non muslim. Berdasarkan fakta sejarah, ketika Sultan merebut dan berhasil menguasai Yerussalem, Beliau tidak berlaku semena-mena terhadap umat nasrani dan yahudi di Yerussalem tetapi justru melindungi mereka, membebaskannya untuk beribadah serta tetap membiarkan sinaggog dan gereja berdiri. Hal ini sungguh bertolak belakang ketika Yerussalem dikuasai oleh Romawi dan Yahudi, umat muslim di Yerussalem banyak yang terbunuh, dipaksa keluar dari Yerussalem, dan mengalami kesulitan untuk beribadah.

Itulah sekelumit fakta sejarah yang membumikan bahwa islam bersahabat, islam itu agama rahmat, islam mengedepankan perdamaian. Bukan seperti yang diekspose oleh media massa sekarang, bahwa islam identik dengan kekerasan, tidak toleran, dan sebagai sumber kerusakan.  Jadi penulis sangat berharap kepada media massa, tolong sajikan berita yang proporsional, apalagi yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama. Pendirian rumah ibadah ada aturannya, jadi semua pihak harus menghormati aturan tersebut. Kebebasan memang suatu hak, tapi kebebasan pun perlu diatur agar penggunaan hak tidak disalahgunakan.

Wallahualam bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar