Cari Blog Ini

Jumat, 23 September 2011

Akibat Keterbukaan....

Tulisan ini hanya sekedar analisis sederhana untuk sebuah partai yang dulunya sangat kental dan teguh memegang prinsip dan nilai-nilai islam, bahkan sampai dicitrakan sebagai partai dakwah. Tetapi kini partai itu telah mengubah haluan dan jati dirinya serta dengan bangga mendeklarasikan dirinya menjadi partai terbuka, partai inkulsif yang terbuka untuk semua golongan. Cerita tersebut berawal, dari konsensus para punggawa partai di Bali yang didominasi oleh kaum muda dan ditukangi oleh seorang ajengan yang cerdik dan lihai menyatakan bahwa untuk mendapat dukungan atau meningkatkan perolehan suara, partai ini harus terbuka untuk semua golongan dan tidak hanya untuk umat muslim.
Semua keputusan, sikap, dan langkah pasti mempunyai konsekuensi atau resiko. Begitu pula terhadap keputusan yang diambil oleh partai islam yang menjadikan dirinya menjadi partai terbuka, tentu mempunyai konsekuensi dan resiko. Hipotesis tersebut sepertinya benar, sejak awal berganti baju menjadi partai terbuka sampai saat ini, tak henti-hentinya problema, kasus, dan skandal melilit partai islam tersebut.
Kasus pertama yang melilit partai islam tersebut adalah iklan partai di pemilu 2009 yang membajak tokoh-tokoh ormas lain tanpa mengkonfirmasinya terlebih dahulu bahkan tokoh koruptor dan diktator nomor wahid di negeri ini pun di bajak untuk dikatakan sebagai guru bangsa. Iklan ini pun menuai protes dari masyarakat termasuk dari kader grass root partai islam tersebut. Kasus ini disikapi dengan santai oleh para elite partai dengan mengatakan iklan tersebut dibuat berdasarkan analisis dan survei internal partai yang hasilnya menyatakan bahwa orang-orang yang ada di iklan tersebut layak dikatakan sebagai guru bangsa. Kesimpulan dari kasus ini adalah survei tidak sesuai dengan realitas. Realitas menyatakan bahwa salah satu tokoh di iklan tersebut adalah diktator yang telah memperkaya diri sendiri dan keluarganya lewat jalur kekuasaan dan diktator tersebut juga  telah membantai ribuan nyawa umat islam (kasus talang sari, tanjung priuk dll). Lalu apakah orang seperti itu yang disebut sebagai guru bangsa???
Setelah lama tak terdengar kasus, problema, dan skandal di tubuh partai islam tersebut, kini aroma tersebut tercium begitu menyengat dan datang bertubi-tubi. Sebut saja aroma kasus "Daging Berjanggut" yang melibatkan elite-elite partai tersebut di Kementerian Pertanian dan perusahaan importir daging. Kasus ini juga belum sepenuhnya diclearkan, karena klarifikasi yang diberikan oleh elite partai berbeda dengan dokumen resmi  hasil investigasi sebuah majalah nasional yang terkenal kritis.
Selanjutnya partai tersebut kembali digoyang dengan pengakuan mengejutkan dari seorang ajengan mantan pendiri partai yang menyatakan bahwa beberapa elite partai tersebut terlibat dalam penggelapan uang PILKADA di Ibu Kota dan menjalani poligami yang tidak sesuai dengan arahan Dewan Syari'ah partai. Kasus inilah yang begitu menampar partai dakwah yang sekarang disebut partai terbuka ini, karena sampai saat ini tidak ada satu pun bantahan ataupun klarifikasi yang begitu tegas, lugas, dan membeberkan fakta-fakta bahwa pengakuan dan tuduhan ajengan tersebut tidak benar.
Tak hanya kasus yang melilit partai tersebut, tetapi juga skandal dan itu baru terjadi beberapa hari yang lalu. Skandal tersebut sering disebut oleh berbagai media sebagai "Skandal Pariporno". Skandal ini melibatkan anggota dewan dari partai tersebut yang tertangkap basah menonton video porno pada saat sidang paripurna. Nasib dari skandal ini juga belum jelas, karena Dewan Syari'ah partai tersebut masih mendalami, dan menelaah skandal tersebut dan belum menyatakan sikap apapun.
Begitulah kasus demi kasus, diikuti skandal melilit, menampar dan mencoreng partai yang dahulunya begitu dibanggakan dengan militansi kadernya terhadap nilai-nilai islam. Kini cerita-cerita bagus tentang partai ini nyaris tidak terdengar. Kini tidak adalagi cerita tentang kesiapsiagaan kader partai dalam menanggulangi  banjir dan bencana lainnya, kesederhanaan para petingginya yang tidak menggunakan berbagai fasilitas mewah yang diberikan.
Saat ini yang terdengar adalah kasus dan skandal seperti yang disebutkan di atas dan beberapa isu miring seperti gaya hidup yang bermewah-mewahan elite-elite partai seperti mempunyai villa, dan rumah yang dinilai tidak wajar jika disesuaikan dengan penghasilannya sebagai anggota dewan serta kenakalan-kenakalan kecil seperti beristri lebih dari satu.
Apakah semua itu berkaitan dengan ideologi "Keterbukaan" yang kini dianut oleh partai tersebut???...entahlah. Tetapi yang pasti jika seseorang, golongan, atau masyarakat telah menjauhi nilai-nilai islam bahkan mengadopsi nilai-nilai di luar islam seperti "keterbukaan" yang berlebih-lebihan, inklusif, pluralisme, demokrasi, liberalisme dan sejenisnya tunggu saja kehancurannya....

Wallahu'alam bishawab...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar